Hari ini mungkin bisa dikategorikan sebagai salah satu hari terburuk dalam sejarah kehidupan saya yang flat abis!
Dimulai dengan bangun pagi yang berisik. Saat bapak saya tercinta menemukan ular, yang dengan gejenya nyatroni rumah saya dipagi buta. Yang bukannya seperti selayaknya bapak-bapak paruh baya pada umumnya, bapak saya malah jijik dengan makhluk satu itu. Dan membiarkan urusan bunuh-membunuh ini pada kakak perempuan saya. yang dengan rentetan pukulan kayu yang brutal berhasil menghabisinya.
Kejadian ini membuat saya menyimpulkan satu hal, bahwa saya tak akan membuat kesalahan hidup dengan menikahi orang seperti bapak saya.
Tidak, saya sudah belajar banyak.
Tapi, yang namanya kesialan belum berakhir.
Saya harus menghadapi kenyataan menyakitkan. Saya, seorang gadis imut dan lemah dipaksa berangkat ke sekolah sendiri naik bus. Oh!
Ceritanya, kakak cowok saya yang pertama, entah di semester keberapa kehidupan perkuliahannya, sedang ada KKN. Itu berarti, saya harus bersiap berangkat sekolah lebih pagi berhubung tak ada fasilitas antar seperti biasanya.
Oke, saya bersiap berangkat sekolah dengan semangat seolah saya akan diberi semangkuk penuh bayam untuk dihabiskan.
Saya, gadis imut ini berdiri di pinggir jalan raya menunggu bus dengan tenang. Oke, masih belum setengah 7, masih ada cukup waktu. Dan saya melihatnya, bus bercat putih-biru muncul dikejauhan. Tapi tak lama kemudian saya melengos : ada deretan truk di depannya, dan itu berarti kesempatan bus butut itu mau saya stop sama besar dengan kesempatan saya mau makan Kebab tanpa terlebih dulu mengorek-ngorek sayur didalamnya. Benar saja, bus itu lewat begitu saja, tak sadar telah melewatkan kesempatan mengangkut saya yang agung.
Tapi ini masih pukul setengah tujuh lewat sedikit, masih ada waktu.
Bus kedua kemudian muncul, sialnya, ada angkutan bobrok jalan di depannya. Dan ini berarti, saya lagi-lagi dikacangin.
Ah, bagus.... sudah hampir tujuh kurang seperempat.
Saya panik.
Saya kirim sms ke teman-teman tanpa tahu apa yang saya perbuat:
Teman 1 : nggak respon
Teman 2 : kayaknya lagi nggak punya pulsa
Teman 3 : ketawa ngakak
Saya : Tambah BT
Raaawwwrrrr
Sudah hampir jam tujuh, bus datang lagi dan akhirnya mau saya stop.
Masalahnya, bus ini tidak seperti bus tadi : Kecil, bobrok, lemot.
Saya cuma bisa ngelus dada.
Waktu saya harus oper ke angkot, sudah jam tujuh lebih. Masih waktu telat yang ditolerir kok.
Masalah berikutnya muncul : si angkot lama banget datangnya.
Argh! Rasanya udah pengen nimpuk tukang becak terdekat pake sendal. Tapi, berhubung saya lagi pake sepatu. Apa boleh buat. Saya cuma bisa pasang tampang santai yang meyakinkan.
SMS dari si Teman 1 akhirnya masuk
"Udah masuk, ntar lewat pintu diknas aja"
Sekedar info, pintu diknas adalah pintu kecil buat kami yang suka telat. Pintu, yang nggak tahu kenapa gag pernah dikunci atau repot-repot dijaga sama guru-guru. Berhubung orang diknas yang suka parkir di halaman sekolah kami kayaknya juga sering pake ini pintu.
Tapi, si angkot lemot gag dateng-dateng juga.
Udah setengah delapan lebih waktu si angkot muncul, kayaknya penumpangnya cuma saya doang, sama bapak-bapak paruh baya yang duduk di depan.
Si angkot jalan dengan lemotnya, udah tinggal beberapa ratus meter sampe sekolahan ketika si angkot mendadak berhenti di depan pasar : bagus, mereka cari penumpang.
Saya udah deg-degan, bahkan wajah sok cool saya udah luntur gag berbekas.
Barangkali gara-gara kasian, atau takut saya mulai tereak-tereak trus dikira lagi diculik. Si supir angkot dengan berbaik hati nyalain mesin mobil terus meluncur.
Saya turun di depan diknas dengan lega.
Udah jam 7.45..... ahhh....jam pertama udah lewat.
Dengan santai saya masuk diknas, berjalan ke arah si pintu penyelamat.
Tapi.....
Dengan wajah horror saya sadar : pintu diknas, gag kayak biasanya, dikunci.
MAMPUS!
Saya gag mungkin nyelonong lewat pintu gerbang sekolah dengan kemungkinan :
1. Diliatin anak yang lagi Olah Raga
2. Diinterogasi lama sama guru piket
Nggak, makasih
Saya puter balik.
SMS ke Teman 1 :
"Rencana batal, saya gak jadi sekolah"
No comments:
Post a Comment